Dalam memahami tentang sejarah, tentunya
membutuhkan berbagai analisis yang bisa dipercaya, hal ini dikarenakan bahwa
sejarah merupakan suatu konsep ilmiah / history is reality sehingga untuk
memahami sejarah harus memakai pendekatan yang ilmiah. dalam pembahasan tentang
sejarah pondok pesantren, maka yang harus diperhatikan adalah bagaimana sejarah
tentang pesantren ini bisa membuktikan secara ilmiah.
Pondok pesantren adalah suatu lembaga
pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan
sistem asrama (kampus) yang santri-santrinya menerima pendidikan agama melalui
sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dan
kepemimpinan seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas yang
bersifat kharismatis serta independen dalam segala hal.
Selain itu disebutkan bahwa pondok
pesantren adalah suatu bentuk lingkungan “masyarakat” yang unik dan memiliki
tata nilai kehidupan yang positif. Pada umumnya, pesantren terpisah dari
kehidupan sekitanya. Komplek pondok pesantren minimal terdiri atas rumah
kediaman pengasuh disebut juga kyai, masjid atau mushola, dan asrama santri.
Tidak ada model atau patokan tertentu dalam pembangunan fisik pesantren,
sehingga penambahan bangunan demi bangunan dalam lingkungan pesantren hanya
mengambil bentuk improvisasi sekenanya belaka.
Tentang kehadiran pesantren secara pasti
di Indonesia pertama kalinya, dimana dan siapa pendirinya, tidak dapat
diperoleh keterangan yang pasti. Berdasarkan hasil pendataan yang dilaksanakan
oleh Departemen Agama pada tahun 1984-1985 diperoleh keterangan bahwa pesantren
tertua didirikan pada tahun 1062 di Pamekasan Madura, dengan nama Pesantren Jan
Tampes II. Akan tetapi hal ini juga diragukan, karena tentunya ada Pesantren
Jan Tampes I yang lebih tua. Kendatipun Islam tertua di Indonesia yang peran
sertanya tidak diragukan lagi, adalah sangat besar bagi perkembangan Islam di
nusantara.
Lembaga pendidikan yang disebut pondok
pesantren sebagai pusat penyiaran Islam tertua yang lahir dan berkembang
seirama dengan masuknya Islam di Indonesia. Pada awal berdirinya, pondok
pesantren umumnya sangat sederhana. Kegiatan pembelajaran biasanya
diselenggarakan di langgar (mushala) atau masjid oleh seorang kyai dengan
beberapa orang santri yang datang mengaji. Lama kelamaan “pengajian” ini berkembang
seiring dengan pertambahan jumlah santri dan pelebaran tempat belajar sampai
menjadi sebuah lembaga yang unik, yang disebut pesantren.
Di Indonesia pondok pesantren lebih
dikenal dengan istilah Kutab merupakan suatu lembaga pendidikan Islam, yang di
dalamnya terdapat seorang kyai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para
santri (anak didik) dengan sarana masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan
pendidikan tersebut, serta didukung adanya pondok sebagai tempat tinggal para
santri.
Sedangkan asal-usul pesantren di
Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sejarah pengaruh Walisongo abad 15-16 di
Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang unik Indonesia. Lembaga
pendidikan ini telah berkembang khususnya di Jawa selama berabad-abad. Maulana
Malik Ibrahim (meninggal 1419 di Gresik Jawa Timur), spiritual
father Walisongo, dalam masyarakat santri Jawa
biasanya dipandang sebagai gurunya-guru tradisi pesantren di tanah Jawa. Ini
karena Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maulana Maghribi yang wafat pada
12 Rabi’ul Awal 822 H bertepatan dengan 8 April 1419 M dan dikenal sebagai
Sunan Gresik adalah orang yang pertama dari sembilan wali yang terkenal dalam
penyebaran Islam di Jawa.
Meskipun begitu, tokoh yang dianggap
berhasil mendirikan dan mengembangkan pondok pesantren dalam arti yang
sesungguhnya adalah Raden Rahmat (Sunan Ampel). Ia mendirikan pesantren di
Kembang Kuning, yang pada waktu didirikan hanya memiliki tiga orang santri,
yaitu Wiryo Suroyo, Abu Hurairah, dan Kyai Bangkuning. Kemudian ia pindah ke
Ampel Denta, Surabaya dan mendirikan pondok pesantren di sana. Misi keagamaan
dan pendidikan Sunan Ampel mencapai sukses, sehingga beliau dikenal oleh
masyarakat Majapahit. Kemudian bermunculan pesantren-pesantren baru yang
didirikan oleh para santri dan putra beliau. Misalnya oleh Raden Patah, dan
Pesantren Tuban oleh Sunan Bonang.
Pondok pesantren memang bila dilihat
dari latar belakangnya, tumbuh dan berkembang dengan sendirinya dalam
masyarakat yang terdapat implikasi-implikasi politis sosio kultural yang
menggambarkan sikap ulama-ulama Islam sepanjang sejarah. Sejak negara kita
dijajah oleh orang barat, ulama-ulama bersifatnoncooperation terhadap penjajah serta mendidik
santri-santrinya dengan sikap politis anti penjajah serta nonkompromi terhadap
mereka dalam bidang pendidikan agama pondok pesantren. Oleh karena itu, pada
masa penjajahan tersebut pondok menjadi satu-satunya lembaga pendidikan Islam
yang menggembleng kader-kader umat yang tangguh dan gigih mengembangkan agama
serta menentang penjajahan berkat jiwa Islam yang berada dalam dada mereka.
Jadi di dalam pondok pesantren tersebut tertanam patriotisme di samping
fantisme agama yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat pada masa itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar